Jumat, 09 Maret 2018

PALET WARNA RETRO 40-60'S

Akhir - akhir ini beberapa kolega kami menanyakan asal - usul desain logo kami; TEGELAWAS. Selain garis dwimatra-nya yang terbilang simpel, sebagian dari mereka terpukau dengan pemilihan warna logo kami, jaman old katanya . . .



Jujur kata, warna logo kami memang terinspirasi langsung dari palet warna retro 40-60's.
Menjelang era FLOWER GENERATION ; era sekumpulan pemuda West Coast Amrik *1 berwara-wiri memprotes perang Vietnam, dengan busana mereka warna warni bersaturasi tinggi sambil mengantongi marijuana /LSD di saku jeans cut-bray mereka yang belel , sesungguhnya 2 dekade bahkan mungkin lebih ruang visual kala itu terlebihdahulu diramaikan dengan warna-warna retro; ya, warna saturasi rendah namun tidak cukup kelabu untuk disebut pastel colour.





Di alam, sesungguhnya warna warna ini dapat dengan mudah kita temukan di daging buah alpukat, di kuning bunga matahari, di pasir kering gurun mexico, hingga di cokelat batangan yang ada Mini Market.

Dan benar saja, sekumpulan warna-warna tersebut menemukan jati dirinya di masanya, sebagai  zeitgeist; gerbang penanda zaman dengan latar belakang perang dunia ke-II.




Salah satu kolega kami; Arsitek koorporat muda berbakat Makassar; Bro Aan (Akhsan Muchsin) di suatu petang, di sela-sela kesibukannya menyetem sound bass guitarnya sekonyong-konyong melontarkan pertanyaan kepada kami; "Bagaimana caranya membuat furnitur terlihat tua ya ?"
Dan dengan spontan kami memberikan saran untuk memulai dengan memakai palet warna retro dalam menentukan warna,  memilih teknik finishing tekstur matte / satin , dan sisanya biar waktu dan "Osasir + Amplas" yang membelelkan furnitur tersebut.



Dari furnitur, poster, sepeda, mobil, hingga undangan sunatan, upaya "meretrokan paksa" produk kembali menjangkiti sejumlah arsitek, desainer interior - desainer produk dan tentunya tidak ketinggalan tukang cetak undangan di sudut jalan dekat kompleks rumah anda.


So,  apapun produk anda, idenya adalah kita nikmati romansa retro 40-60's , romansa kaum wanita menanti prianya kembali dari perang pasifik sambil mendengar lagu dari pemutar vinyl, romansa mereka-mereka; pria-pria pemberani yang berhasil selamat dari perang lalu membangun kehangatan di ruang keluarga dengan anak2 "Baby Boomers"*2 mereka , menikmati romansa sebelum JANIS CHOPLIN & HENDRIX membangkitkan ide-ide liar mereka dari atas panggung Woodstock NY '69 (*)



Gambar:
La la Land; Film 2017 yang dibintangi Gosling & Emma Stone dalam format poster edisi retro.


*1. Gerakan Flower Generation dengan slogan "Flower Power"-nya digelindingkan oleh sejumlah pemuda dan seniman bohemian di West Coast USA;  dimulai di San Fransisco, LA, Venice West dan terus menggelinding hingga Greenwich NY.

*2. Baby Boomer; mengacu ke anak-anak yang lahir di tahun 1954-1964. Anak-anak yang meledak secara jumlah, dan kelak menjadi motor produktifitas negara. Sampai hari ini, Baby Boomer adalah 20% dari jumlah penduduk USA.

Jumat, 23 Februari 2018

SEBERAPA RETROKAH ANDA ?

Trend lawas / retro / vintage kian tak terhindarkan, mulai dari desain produk, arsitektur - interior hingga koleksi kaset ataupun vinyl lama kian digandrungi masyarakat jaman now, tua maupun muda.

Nah, kali ini kami iseng-iseng tidak berhadiah, penasaran untuk mengukur seberapa retrokah anda ?. Untuk itu kami sudah menyiapkan 5 pertanyaan gak jelas untuk anda. Ikutan ya ...



1. Apakah anda menghafal satu bait saja lagu THE BEATLES ?

Langkah kaki Lenon dan kawan kawan di salah satu zebra cross Abbey Road memang sudah terlanjur menjadi foto vintage paling mendunia, dan jika saat ini di kepala anda mulai terngiang-ngiang syair dan irama LET IT BE maka berarti anda dapat dikategorikan sebagai penikmat karya Band legendaris Inggris ini . Seberapa nge-fans kah anda?, tentunya hanya anda yang tahu :)


2. Apakah di masa remaja anda pernah mengidamkan menjajal jalanan kota bersama gebetan anda dengan VW Kodok?
 Apalagi yang lebih retro dari VW Kodok berwarna baby blue dengan velg khas nya ?
Mobil Jerman ini; yang berarti "Mobil Rakyat" diinisisasi oleh Adolf Hitler di pertengahan 1930-an untuk memberikan rakyat Jerman sebuah kendaraan keluarga 5 seater seharga 990 Reichsmark (*pendapatan rata-rata penduduk Jerman  saat itu sekitar 32 Reichsmark per minggu).  Desain Dr. Ferdinand Porsche dan disempurnakan oleh Erwin Komenda dari Auto Union atas VW Beetle yang unik ini, menjadi adikarya engineering era perang dunia II hingga kini.

3. Furniture tua di rumah nenek ada yang anda incar ?

Selain clawfoot , conefoot shape juga menjadi karakter tersendiri di era 30-50's pada setiap kaki furniture, mulai dari kursi, lemari, tempat tidur, dll.
Artinya, jika pernah sekali saja terbesit "hasrat klepto" furnitur di rumah nenek maka dengan sendirinya anda mendapatkan satu poin dari pertanyaan ketiga ini :)



4.  Japstyle atau Motosport ?
Anda kalo menemukan lampu aladin di pinggir jalan, om jin sekonyong-konyong keluar lalu memberi kesempatan anda memilih sepeda motor Japstyle ataukah Motosport, kira kira mana yang anda pilih ?
Gak boleh permintaan ganti istri / suami berubah jadi Raisa / Rio Dewanto lho ya...



5. Cintaku di Kampus Biru atau Love for Sale ?


Maka sampailah kita di pertanyaan terakhir yang paling gak jelas, dan berpotensi memecahkan hubungan ayah-anak :D . Pertanyaan ini sama dengan; ROY MARTHEN atau GADING MARTHEN ?  Ayo, pilih mana ....

KESIMPULAN
Setiap satu pertanyaan di atas punya poin 1 sehingga total poin ygn terkumpul untuk Retro adalah 5.
Jika anda mengumpulkan min. 3 poin untuk Retro, maka sebaiknya anda mulai berdiskusi dengan pasangan anda untuk mengaplikasikan salah satu koleksi tegelawas di sudut rumah anda . (*)


Sabtu, 17 Februari 2018

KLASIK KOLONIAL, JENGKI, DAN TEGEL LAWAS

Banyak pelanggan kami yang menanyakan apa hubungan  tegel /ubin lawas (vintage tile), terhadap gaya arsitektur klasik kolonial di Indonesia. Terbuat dari apa tegel lawas ini ?   Bagaimana cara pembuatannya di masa lalu dan sekarang, apakah ada perubahan teknik ?

 Pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas adalah pertanyaan yang paling banyak datang ke tim pemasaran kami. Nah, untuk memberi pemahaman singkat tentang produ tegel lawas / vintage tile, kali ini kami akan membahas sejarah singkat dan kaitannya dengan produk tegel lawas kami.
MASA KOLONIALISASI
Era kolonialisasi Belanda di Indonesia diwarnai dengan era perdagangan, peperangan, penyebaran agama, hingga infiltrasi budaya termasuk gaya arsitektur.
Di masa 1800-an , gaya neo klasik sangat digandrungi di dataran Eropa, juga menjadi inspirasi insinyur - insinyur muda kebangsaan belanda yang bertugas di Indonesia untuk berkarya.
Maka saat itu juga, dimulailah era neo klasik arsitektur Indonesia dengan karakter keberadaan kolom-kolom bergaya yunani, hiasan floral melekuk-lekuk  art-neuveou, lengkap dengan  hukum proporsi dan keteraturan komposisi kolom, pintu, jendela, atap dengan melakukan penyesuaian ke iklim tropis  Hindia Belanda; nama gugusan pulau Sumatera hingga Papua  saat itu .
 Gedung Sate Bandung.












MASA PERJUANGAN KEMERDEKAAN HINGGA 1960.
Menjelang masa perjuangan dan kemerdekaan1920-1945, tren arsitektur Indonesia memasuki era perubahan ke ornamen yang lebih simpel, garis tegas art-deco; mengurangi ornamen floral .
 Art Deco memiliki ciri khas garis yang tegas, dan berkurangnya ragam garis lengkung floral-fauna ala Art Neuvou.

ERA JENGKI
Era 50-60 an, lebih kental dengan era pemberontakan arsitek pribumi yang melakukan perlawanan atas pakem aturan "keteraturan proporsi dan simetris" Neo Klasik Era kolonial, dengan menyajikan desain komposisi asimetris.
Dimotori oleh anak bangsa sendiri lulusan sekolah sekolah setingkat menengah atas jurusan teknik, garis bentuk yang berani hadir sesuai makna filosofis perlawanan akan kemapanan keteraturan, namun tetap memperhatikan kondisi iklim tropis Indonesia, misalnya dengan tetap menyajikan overstek atap yang cukup untuk melindungi jendela dari tampias air hujan . 
Era yang singkat ini (* hanya 1 dasawarsa) melahirkan era arsitektur "jengki" yang saat ini  menjadi bagian dari legenda sejarah arsitektur tanah air.
Arsitektur Jengki Indonesia Era 50's yang berusaha keluar dari pakem keteraturan dan kesimetrisan.










TEGEL LAWAS
Di Era Kolonial  sd Era Jengki 60-an, selain penggunaan parket kayu dan granit / marmer alam yang telah lebih dahulu menghiasi bangunan - bangunan pemerintahan kolonial, arsitek dan insinyur berusaha menemukan material bahan bangunan yang kuat, relatif murah dan dapat diproduksi massal dengan mudah.

Seiring dengan penemuan semen, campuran kapur dan pigmen warna,  maka tegel / ubin menjadi solusi ekonomis dibanding proses menambang, cutting and polishing marmer atau granit alam. 
Pabrik2 tegel/ubin mulai bermunculan di tanah air khususnya di Pulau Jawa dengan ragam pola hias yang dipengaruh neo klasik dan art deco.
*Gambar proses produksi tegel keraton. (sumber:ubinkeraton.com)
Pewarnaan di molding, proses press (pemadatan), dan pengeringan.

Dengan mengandalkan kreatifitas ragam hias, sinar matahari dan proses pembuatan dengan tangan, tegel/ubin lawas (vintage tile) di era modern ini memberi kesan vintage tersendiri yang kembali digandrungi masyarakat.  Tidak ada perubahan sama sekali dari sisi teknologi dan cara pembuatannya sejak dulu hingga produksi tegel lawas saat ini, hanya penambahan ragam motif/ragam hias yang modern untuk menyesuaikan selera pasar.
Uniknya lagi, variabel sinar matahari dan kenyataan bahwa produk ini adalah hand-made mengakibatkan hasil akhir yang tidak sempurna pada sebuah tipe ; baik dari shading (nuansa gelap terang) maupun motif (warna motif tidak benar2 seragam layaknya batik tulis) . Justru keunikan inilah yang menjadi daya tarik tersendiri, menjadi keotentikan yang diburu oleh pecinta tegel lawas / vintage tile  dalam hal ini vintage cement tile.

Akhir kata, untuk rekan2 Arsitek - Designer Interior ataupun pemilik hunian yang merindukan nuansa klasik vintage /retro di hunian anda, dapat menghadirkan suasana tersebut dengan mengaplikasikan produk ini. Dengan penambahan furnitur dan aksesoris yang tepat seperti Baththub Claw-foot di bathroom anda, tentu akan semakin memperkuat  kreasi vintage /retro anda. Selamat mencoba . (*.)

________________
** Catatan: era keramik bakar yang menggunakan  firing kiln (tungku bakar) sebenarnya sudah dikembangkan di Itali dan China pada masa kolonial , namun saat itu belum populer di Indonesia karena proses pembuatannya yang relatif mahal dan membutuhkan skill tinggi dan bahan baku yang sesuai spesifikasi.

PENGGUNAAN TEGEL VINTAGE DI DAPUR

Di masa kini, dimana era teknologi industri material bahan bangunan kian berkembang pesat dari sisi bahan dan desain, keinginan untuk menghadirkan kembali  seni interior masa lawas / vintage menjadi tidak terhindarkan.


Betapa tidak, ibu-ibu muda jaman now yang banyak membaca / melihat gambar atau cuplikan film retro Hollywood hingga  film nasional; Dilan 1990, diberi inspirasi dan kesempatan untuk dapat merasakan kembali suasana hangat bercitarasa vintage / retro 20's - 50's  di dapur kesayangan mereka.
Bukankah dapur adalah singgasana ibu-ibu dalam berkarya, pembangkit mood yang paling jujur dan paling dekat bagi ibu dalam menyiapkan hidangan keluarga? Tentulah sudah selayaknya dapur jaman now dihadirkan dalam suasana yang teramat nyaman, hangat, dengan rasa keakraban yang kuat bagi ibu as user-nya demi sepotong paha ayam goreng kecap yang lezat.


Backsplash ; dinding dapur yang berada diantara toptable dan lemari dapur adalah bidang vertikal yang sangat pas untuk menjadi media aplikasi vintage style. Hal ini tentu saja karena bidang ini menjadi pusat point of interest di ruang dapur, mengingat dengan tinggi mata normal perempuan Indonesia ; diantara 140-160 cm di atas permukaan lantai, sangat mudah menangkap secara visual bidang vertikal yang satu ini. Terlebih lagi tentu saja dikarenakan aktifitas ibu-ibu memasak adalah  75% berada  di jarak 1m dari posisi backsplash.
Jadi mengapa tidak, anda mengaplikasikan tegel vintage/tegel lawas ke bidang ini ?


Dengan padu padan aksesoris, furnitur, dan lighting yang tepat, memang tidak dapat dipungkiri bahwa backsplash adalah bidang paling "sexy" yang layak mendapat sentuhan tegel vintage / tegel lawas. Aksen bunga yang senada, akan menjadi elemen penguat yg feminin layaknya " France Accent" theory di buku-buku seni interior kontemporer.


Namun sesungguhnya vintage tile di dapur tidak melulu tentang backspash.
Secara natural, tile memang diperuntukkan untuk lantai sehingga sesuai nature-nya tersebut maka  anda bisa menerapkannya pada lantai dapur.
Hanya saja yang sangat perlu diperhatikan jika anda mengaplikasikannya sebagai lantai dapur adalah tentang kebersihannya. Mengapa kebersihan ? Karena  tegel lawas adalah tegel berbasis base body cement dengan WA (Water Absorption) yang besar sehingga diharapkan tindakan membersihkan 1x24 jam  atau sesegera mungkin akan menyelamatkan tile dari ketumpahan noda kecap / sambal/ saus tomat , dll sebelum noda meresap ke pori body tile.


Dan seperti tulisan2 kami sebelumnya, tegel vintage / tegel lawas selalu terbuka  untuk memadu-padankannya dengan seni interior lainnya seperti industrial style, unfinished style, shabby chic, dll. Akhir kata, kami mengucapkan selamat mencoba mengaplikasikan kreasi - kreasi  tegel vintage/tegel lawas di dapur kesayangan anda. (*.)

TENTANG BATHROOM VINTAGE

Kata apa yang terlintas dipikiran anda  saat kami menyebutkan  " bathroom vintage "? Stylish, clasic, hangat, retro, otentik, lawas, flamboyan, filosofis,  sentimentil. Adakah kata2 ini adalah salahsatu dari kata yang anda pikirkan tadi ?



 
Ya, bathroom atau restroom adalah ruang paling privat yang mungkin ada di sebuah hunian. Sejak memulai hari, kita tentu terlebih dahulu menghabiskan waktu di ruang ini, menyelesaikan rutinitas pagi hari layaknya ritual wajib, hampir semua orang menghabiskan waktu tidak kurang dari 45 menit setiap harinya di bathroom.

Jika kita setuju bahwa suasana bathroom adalah mood booster kita memulai hari *(tentunya dengan mengenyampingkan hangat kopi arabica americano dan berita gosip online lambe turah), maka tentunya kita pun setuju bahwa bathroom perlu mendapatkan sentuhan khusus dalam penataan interiornya.

Vintage Tile / Tegel lawas dapat menjadi pilihan untuk menghadirkan kehangatan, sentimentil klasik jaman retro yang dapat dipadu dengan aksesoris2 ataupun sanitary furnitur toilet bergaya vintage ataupun shabby chic yang identik dengan warna baby blue dan hijau telur asinnya itu.

Pajangan poster iklan Scooter Lambretta atau mobil klasik Buick 1946 sampai poster film retro Gregory Peck & Audrey Hepburn ber-scooter ria  di jalan - jalan Roma, dapat dengan mudah melebur bersama vintage tile di lantai ataupun di dinding untuk menambah kekuatan "roh" vintage itu sendiri.






Adapun tentang warna untuk konsep vintage ini adalah sesungguhnya unlimited. Hal ini dimungkinkan karena  vintage tile / tegel lawas sendiri memiliki kombinasi warna yang tak terhingga.  Dari warna putih, abu-abu, biru navy, warna-warna pastel hingga warna-warna primer yang kuat, tegel vintage selalu punya pilihan sebanyak pilihan ragam motif  simetris dwimatra, floral, hingga fauna.

Vintage tile / tegel lawas sendiri di Indonesia, telah melewati pendewasaan panjang selama seabad untuk menyempurnakan diri, jatuh bangun bersama dinamika politik dan ekonomi bangsa ini. Kini, seiring dengan perbaikan tingkat ekonomi yang men-generate daya beli di masyarakat dan didorong dengan banyaknya ragam desain seni interior yang wara-wiri di majalah arsitektur-interior offline maupun online maka masyarakat semakin dimanjakan oleh banyaknya pilihan-pilihan konsep interior.

 Tidak ada kata yang dapat menggambarkan keotentikan dan keabadian "soul" karya tegel lawas anak bangsa yang telah ditempa jaman; sejak era kolonial, era perjuangan, era jengki, hingga masa2 suram tegel lawas semen yang harus terpuruk oleh tren keramik dan homogenius tile atau HT di awal era 90-an.

Dan kini, sekali ini kami menawarkan untuk anda kesempatan untuk menikmati hangatnya era retro Indonesia langsung ke pagi anda, langsung ke ruang bathroom / restroom hunian anda. *)