Banyak pelanggan kami yang menanyakan apa hubungan tegel /ubin lawas (vintage tile), terhadap gaya arsitektur klasik kolonial di Indonesia. Terbuat dari apa tegel lawas ini ? Bagaimana cara pembuatannya di masa lalu dan sekarang, apakah ada perubahan teknik ?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas adalah pertanyaan yang paling banyak datang ke tim pemasaran kami. Nah, untuk memberi pemahaman singkat tentang produ tegel lawas / vintage tile, kali ini kami akan membahas sejarah singkat dan kaitannya dengan produk tegel lawas kami.
MASA KOLONIALISASI
Era kolonialisasi Belanda di Indonesia diwarnai dengan era perdagangan, peperangan, penyebaran agama, hingga infiltrasi budaya termasuk gaya arsitektur.
Di masa 1800-an , gaya neo klasik sangat digandrungi di dataran Eropa, juga
menjadi inspirasi insinyur - insinyur muda kebangsaan belanda yang
bertugas di Indonesia untuk berkarya.
Maka saat itu juga, dimulailah era neo klasik arsitektur Indonesia dengan karakter
keberadaan kolom-kolom bergaya yunani, hiasan floral melekuk-lekuk art-neuveou, lengkap dengan hukum proporsi dan keteraturan
komposisi kolom, pintu, jendela, atap dengan melakukan penyesuaian ke iklim tropis Hindia Belanda; nama gugusan pulau Sumatera hingga Papua saat itu .
Gedung Sate Bandung.
MASA PERJUANGAN KEMERDEKAAN HINGGA 1960.
Menjelang masa perjuangan dan kemerdekaan1920-1945, tren arsitektur Indonesia memasuki era
perubahan ke ornamen yang lebih simpel, garis tegas art-deco; mengurangi
ornamen floral .
Art Deco memiliki ciri khas garis yang tegas, dan berkurangnya ragam garis lengkung floral-fauna ala Art Neuvou.
ERA JENGKI
Era 50-60 an, lebih kental dengan era pemberontakan arsitek pribumi yang
melakukan perlawanan atas pakem aturan "keteraturan proporsi dan
simetris" Neo Klasik Era kolonial, dengan menyajikan desain komposisi
asimetris.
Dimotori oleh anak bangsa sendiri lulusan sekolah sekolah setingkat menengah atas jurusan teknik, garis bentuk yang berani hadir sesuai makna filosofis perlawanan akan kemapanan keteraturan, namun tetap memperhatikan kondisi
iklim tropis Indonesia, misalnya dengan tetap menyajikan overstek atap yang cukup
untuk melindungi jendela dari tampias air hujan .
Era yang singkat ini (* hanya 1 dasawarsa) melahirkan era arsitektur
"jengki" yang saat ini menjadi bagian dari legenda sejarah arsitektur
tanah air.
Arsitektur Jengki Indonesia Era 50's yang berusaha keluar dari pakem keteraturan dan kesimetrisan.
Di Era Kolonial sd Era Jengki 60-an, selain penggunaan parket kayu dan
granit / marmer alam yang telah lebih dahulu menghiasi bangunan - bangunan pemerintahan kolonial, arsitek dan insinyur berusaha menemukan material
bahan bangunan yang kuat, relatif murah dan dapat diproduksi massal dengan
mudah.

Seiring dengan penemuan semen, campuran kapur dan pigmen warna, maka tegel / ubin menjadi solusi ekonomis dibanding proses menambang, cutting and polishing marmer atau granit alam.
Pabrik2 tegel/ubin mulai bermunculan di tanah air khususnya
di Pulau Jawa dengan ragam pola hias yang dipengaruh neo klasik dan art deco.
*Gambar proses produksi tegel keraton. (sumber:ubinkeraton.com)
Dengan mengandalkan kreatifitas ragam hias, sinar matahari dan proses
pembuatan dengan tangan, tegel/ubin lawas (vintage tile) di era modern
ini memberi kesan vintage tersendiri yang kembali digandrungi
masyarakat. Tidak ada perubahan sama sekali dari sisi teknologi dan cara pembuatannya sejak dulu hingga produksi tegel lawas saat ini, hanya penambahan ragam motif/ragam hias yang modern untuk menyesuaikan selera pasar.
Uniknya lagi, variabel sinar matahari dan kenyataan bahwa produk ini adalah hand-made mengakibatkan hasil akhir yang tidak sempurna pada sebuah tipe ; baik dari shading (nuansa gelap terang) maupun motif (warna motif tidak benar2 seragam layaknya batik tulis) . Justru keunikan inilah yang menjadi daya tarik tersendiri, menjadi keotentikan yang diburu oleh pecinta tegel lawas / vintage tile dalam hal ini vintage cement tile.
Akhir kata, untuk rekan2 Arsitek - Designer Interior ataupun pemilik hunian yang merindukan nuansa klasik
vintage /retro di hunian anda, dapat menghadirkan suasana tersebut dengan mengaplikasikan
produk ini. Dengan penambahan furnitur dan aksesoris yang tepat seperti Baththub Claw-foot di bathroom anda, tentu akan semakin memperkuat kreasi vintage /retro anda. Selamat mencoba . (*.)
________________
________________
** Catatan: era keramik bakar yang menggunakan firing kiln (tungku
bakar) sebenarnya sudah dikembangkan di Itali dan China pada masa
kolonial , namun saat itu belum populer di Indonesia karena proses pembuatannya
yang relatif mahal dan membutuhkan skill tinggi dan bahan baku yang sesuai
spesifikasi.
Dijalan apa toko nya?
BalasHapus